BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 DEFINISI
PERTANIAN
Pengertian
pertanian dalam arti sempit hanya mencakup pertanian sebagai budidaya penghasil
tanaman pangan padahal kalau kita tinjau lebih jauh kegiatan pertanian dapat menghasilkan
tanaman maupun hewan ternak demi pemenuhan kebutuhan hidup manusia.
Semua usaha
pertanian pada dasarnya adalah kegiatan ekonomi sehingga
memerlukan dasar-dasar pengetahuan yang sama akan pengelolaan tempat usaha,
pemilihan benih/bibit, metode
budidaya, pengumpulan hasil, distribusi produk, pengolahan dan pengemasan
produk, dan pemasaran. Apabila
seorang petani memandang semua aspek ini dengan pertimbangan efisiensi untuk
mencapai keuntungan maksimal maka ia melakukan pertanian
intensif (intensive farming). Usaha pertanian yang
dipandang dengan cara ini dikenal sebagai agribisnis. Program dan
kebijakan yang mengarahkan usaha pertanian ke cara pandang demikian dikenal
sebagai intensifikasi. Karena pertanian industrial selalu
menerapkan pertanian intensif, keduanya sering kali disamakan.
Sedangkan
pengertian pertanian yang dalam arti luas tidak hanya mencakup pembudidayaan
tanaman saja melainkan membudidayakan serta mengelola dibidang perternakan
seperti merawat dan membudidayakan hewan ternak yang bermanfaat bagi pemenuhan
kebutuhan masyarakat banyak seperti: ayam, bebek, angsa. Serta pemanfaatan
hewan yang dapat membantu tugas para petani kegiatan ini merupakan suatu
cakupan dalam bidang pertanian.
1.2 IDENTIFIKASI
MASALAH
Dalam penyajian
makalah ini membahas mengenai apa itu sektor pertanian, serta manfaatnya bagi
pembangunan didalam negara.
Perlu
kita pelajari bahwa sector pertanian merupakan bagian pokok didalam kehidupan
dimana dalam kehidupan sehari-hari manusia membutuhkan pemenuhan sandang,
pangan, maupun papan yang harus dipenuhi dan menjadi bagian pokok dalam
kehidupan. Sektor pertanian mampu menjangkau kebutuhan utama manusia yaitu
dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Hal
ini tidak boleh dianggap
mudah karena pada dasarnya dalam sektor
pertanian ini bergantung pemenuhan
kebutuhan hidup orang banyak dan berpengaruh sekitar 17,3% penyumbang pemasukan
negara pada PDB (Produk Domestik Bruto). Namun pada kenyataanya seperti yang tidak
jarang kita lihat bahwa kehidupan para petani memang sangat memprihatinkan
mulai dari pendanaannya didalam pertanian hingga kehidupanya yang kurang
sejahtera. Disini kita bisa melihat
suatu ketimpangan bahwa orang yang berjasa terkadang dipandang sebelah mata.
Point kedua
dalam pengidentifikasian masalah ini adalah mengetahui apa yang menjadi
permasalahan-permaslahan di dalam sector pertanian yang ada di Indonesia
sehingga kita mengetahui apa yang menjadi kendala utama penghambat sektor pertanian
agar menemukan secara bersama-sama pemecahan
masalahnya.
1.3 TUJUAN
Tujuan dari
pembelajaran makalah ini adalah agar setiap individu mampu mengembangkan
pendapatnya dalam penemuan solusi yang tepat mengenai kendala yang terjadi pada
sektor pertanian dinegara kita. Serta mampu menciptakan inovasi-inovasi
terbaru dalam pengembangan sarana dalam pertanian sehingga berdaya guna bagi
peningkatan hasil pertanian mulai dari inovasi penciptaan peralatan pertanian
maupun bibit unggul yang dapat bermanfaat terutama disektor pertanian.
Namun yang
menjadi point penting dalam makalah ini adalah berusaha untuk mencari titik
temu dalam pemecahan kendala dibidang pertanian terutama yang memiliki kaitan
erat dengan bidang-bidang lainya sehingga dapat di aplikasikan dalam pemecahan
kasusnya sehingga setiap individu mampu mengembangkan pola pikirnya dalam
membantu pemerintah serta dibutuhkannya partisipasi masyarakat dalam setiap problema yang ada
secara bersama-sama dalam menangani kasus yang ada. Baik pemikiran
tersebut yang berguna pada saat sekarang maupun dimasa depan sehingga
menjadikan negara kita mampu bersaing dalam berbagai bidang terutama bidang
pertanian yang memberi sumbangsih terhadap PDB maupun mengurangi angka
pengangguran yang cukup besar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 MANFAAT SEKTOR PERTANIAN
Kegiatan
pertanian merupakan mata pencaharian terbesar penduduk didunia termasuk di
Indonesia. Sejarah Indonesia pun tidak terlepas dari sektor pertanian
(menghasilkan bahan baku seperti padi, jagung, sagu, dll) dan perkebunan (menghasilkan
buah-buahan) terutama pada masa kolonial penjajahan Belanda kegiatan pertanian
dan perkebunan menjadi penentu tingkat social dan perekonomian seseorang. Meskipun
kegiatan pertanian hanya menyumbang rata-rata 4% dari PDB (Produk Domestik
Bruto) suatu negara namun kegiatan pertanian ini menjadi penyedia lapangan
pekerjaan terbesar bagi setiap negara. Berdasarkan data BPS tahun 2002,
bidang pertanian di Indonesia menyediakan lapangan kerja sekitar 44,3% bagi penduduk
meskipun hanya menyumbang sekitar 17,3% dari total pendapatan domestik bruto.
Kegiatan
pertanian ini sangat besar pengaruhnya dalam mengurangi angka pengangguran di
Indonesia sehingga kegiatan pertanian ini tidak dapat diabaikan dan berpengaruh
juga terhadap tumbuh kembangnya setiap negara. Mengingat negara Indonesia
merupakan negara yang subur akan tanah, kaya akan sumber daya alam, sehingga berpotensi tinggi
dalam mengembangkan usaha pertanian. Sudah seharusnya kita mengolah setiap
limpahan sumber daya yang ada dengan semaksimal mungkin dengan memanfaatkan
sektor pertanian dinegara kita yang turut meningkatkan pula sektor pertanian baik
secara langsung maupun tidak langsung membangkitkan sektor-sektor
lainya dalam memajukan bangsa. Perlu kita ketahui mengapa sektor pertanian
ini perlu dikembangkan dan dimajukan dinegara kita. Disebabkan oleh beberapa faktor yaitu:
1)
Potensi Sumber
Daya Yang Sangat Besar dan Beragam
Yang artinya
negara Indonesia merupakan wilayah yang terdiri atas beribu-ribu pulau yang
amat subur memiliki letak astronomis 6° LU – 11°LS dan 94°BT – 141°BT
menandakan bahwa wilayah Indonesia merupakan wilayah yang subur dan beriklim
tropis. Potensi wilayah yang demikian sangat baik kaitannya dalam
pengembangan sektor pertanian. Ini menandakan faktor iklim yang sangat
mempengaruhi faktor terbentuk
dan tumbuh suburnya setiap tanaman. Iklim di Indonesia yang cukup dalam
memperoleh sinar matahari sepanjang tahun, mempengaruhi tumbuh suburnya setiap tanaman dengan mudah.
Potensi yang demikian membuat wilayah Indonesia mendapat julukan sebagai “Kolam
Susu” dimana setiap tangkai maupun bibit yang ditanam diwilayah Indonesia
selalu tumbuh subur dan menghasilkan uang.
Potensi yang
demikianlah yang harusnya kita perhatikan dan dimanfaatkan sebaik-baiknya. Meskipun
sektor pertanian
kelihatannya mudah dan
berpengaruh kecil terhadap PDB (Produk Domestik Bruto) namun disinilah kekayaan
yang berlimpah yang dianugerahi oleh alam kepada negara kita yang perlu
dikembangkan dan diolah demi
peningkatan pendapatan perekonomian negara, serta mampu berdaya saing dengan negara-negara lain
sebagai pengekspor bahan baku alam dan menjadi pemenuhan kebutuhan bagi setiap
masyarakatnya.
Bila ditinjau
dari segi letak geografis wilayah Indonesia berada pada posisi dua samudra
yaitu Samudra Hindia dan Samudra
Pasifik. Dan terletak
diantara dua benua yaitu Benua Asia dan Benua Australia. Hal ini menandakan bahwa letak wilayah negara
kita berada di sebuah jalur internasional yaitu sebuah jalur yang strategis
dalam menjalankan berbagai sektor yang
seharusnya mampu menjadi daya ikat bagi negara-negara luar terutama dalam
bidang pemasaran barang-barang produksi dalam negeri salah satunya
produksi hasil pertanian.
Untuk itu
pentingnya bagi kita untuk mengetahui situs-situs opportunity yang tepat dalam
memanfaatkan segala ketersediaan kesempatan yang didepan mata terutama dalam
memasarkan produk-produk pertanian dari dalam negeri sehingga dapat menimbulkan suatu istilah yang disebut demand yaitu permintaan barang dari negara luar sebagai hasil
pendemonstrasian jenis maupun kualitas barang yang bermutu baik sehingga dipercaya oleh setiap
negara dalam kegiatan bilateral maupun multilateral yang dimulai dari sektor yang
dianggap kecil yaitu pertanian tetapi memberi dampak serta keuntungan yang
besar bagi negara kita.
2)
Pangsa Pasar Terhadap Pendapatan Nasional Cukup Besar
Bisa dikatakan
tidak banyak orang yang tahu dan paham
bahwa sektor pertanian menaruh keuntungan yang cukup besar pada PDB negara dan banyak
yang beranggapan bahwa sektor pertanian hanya sektor sampingan yang tidak perlu terlalu diperhatikan. Meskipun hanya
memberi 17,3% bagi PDB tiap tahunnya, sektor ini
menjadi barang komoditi yang paling dicari oleh masyarakat karena menjadi
kebutuhan primer dalam pemenuhan kebutuhan pangan yaitu menjadi kebutuhan
sehari-hari dan tidak boleh habis stoknya karena bisa berdampak fatal bagi
pemenuhan kebutuhan masyarakat. Karena
bila terjadi suatu kesalahan yang tidak terencana
penyediaannya atau habis didalam negeri sendiri kita bisa kerepotan untuk mengimpor dari
negara luar. Oleh sebab itu sektor pertanian harus diperhatikan lebih baik
karena menjadi faktor primer dalam pemenuhan kebutuhan dan seharusnya sebagai
negara yang terletak diwilayah tropis kita harus bisa memanfaatkan keadaan alam
yang ada dengan meningkatkan hasil produksi dari sektor pertanian ini karena
selain bermanfaat sebagai pemenuh kebutuhan setiap keluarga bisa menjadi sector
yang amat menguntungkan apabila dibawa kepangsa pasar dan dilihat pada pangsa
pasar yang lebih luas.
Bila
dilihat dari segi ekonomi sektor pertanian ini mampu menaikan PDB kita dan
membawa keuntungan tentu saja apabila ditingkatkan hasil produksinya dan mencari wilayah yang dianggap
memiliki pangsa pasar yang luas. Tidak perlu melihat secara jauh atau mencari
pangsa pasar kenegara luar. Melihat dari segi kuantitas wilayah Indonesia yang
terdiri dari ±250 juta jiwa saja sudah
menjadi target utama pangsa pasar yang cukup ekonomis dan menguntungkan bagi
kita. Apalagi
ditambah bila kita mampu menembus kepasar luar yang membutuhkan barang-barang
hasil pertanian negara kita. Ini merupakan suatu perencaan yang cukup bagus
dalam menembus pasar dunia bahkan bisa meningkatkan pendapatan negara dari
sektor pertanian berkali-kali lipat dari biasanya. Dari pembelajaran inilah
kita bisa menentukan setiap target yang akan ditempuh kedepanya dengan melirik
kepada sector yang dianggap kecil sebenarnya bisa memberi keuntungan yang
besar.
Namun
bukan semudah membalikan telapak tangan dalam melakukan sutau proses pencapaian
target ini. Di setiap titiknya dibutuhkan suatu perjuangan yang tidak gampang
bisa dikatakan demikian mengapa, karena bila kita melihat kebelakang kita akan
mengetahui seberapa besar kendala-kendala yang menjadi penghambat dalam
memajukan sektor pertanian yang memang membutuhkan kepedulian dari seluruh
pihak. Agar pencapaian akan tujuan tersebut dapat terlaksana.
3)
Peranan Petani
Dalam Penyediaan Pangan Masyarakat
Peranan petani
tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan masyarakat. Mengapa demikian karena
petani menjadi pemasok setiap kebutuhan pangan dari setiap anggota keluarga
dalam pemenuhan kebutuhan pokoknya sehari-hari. Tanpa adanya petani manusia
tentu tidak dapat memenuhi kebutuhannya bahkan harus mngimpor barang-barang pangan dari luar. Namun
dibeberapa negara besar seperti arab yang sering mengimpor hasil tani kedalam
negaranya, kurang memanfaatkan peranan dari petaninya bukan dikarenakan faktor
ketidaksediaan modal melainkan faktor ketidakmampuann dari segi tanah dan iklim mereka untuk
bercocoktanam, sehingga sektor pertanian
kurang berkembang dinegara timur tersebut.
Untuk wilayah
Indonesia profesi sebagai petani mampu mengurangi angka pengangguran yang cukup
besar dimana sektor pertanian terbuka secara luas asalkan memiliki modal dan
pengetahuan yang cukup dalam pengelolaaan usaha tani tersebut. Keterkaitan
peran para petani dengan masyarakat bisa disamakan sebagai keterkaitan
antara produsen dengan konsumen. Dimana produsen harus selalu menyediakan
setiap saat barang-barang kebutuhan dari konsumennya. Oleh karena itu terdapat saling ketergantungan antara peran petani dengan masyarakat dalam pemenuhan
setiap kebutuhan masyarakat.
4)
Menjadi Basis
Pertumbuhan Ekonomi
Sektor
pertanian menjadi salah satu dari unsur-unsur yang mengisi pertumbuhan
perekonomian disetiap negara . Di negara arab sekalipun meskipun wilayahy
lahanya tidak memungkinkan untuk melakukan kegiatan bercocok tanam namun sector
perekonomian menjadi salah satu unsur pengisi basis pertumbuhan perekonomian
dinegaranya misalnya dengan membudidayakan tanaman kurma yang nilai komoditinya
cukup besar dalam pengeksporan keseluruh negara termasuk ke Indonesia
yang ikut mengimpor komoditi pertanaian dari Arab. Dengan kata
lain sektor pertanian
meski hanya menyumbang tidak sampai dari ¼ pendapatan negara tetapi menjadi
penopang terhadap pendapatan dari setiap negara terutama di Indonesia yang tiap
tahunya mengekspor biji mete, beras, dan berbagai bahan pokok lainya dalam
pangan menjadi pemasukan devisa negara tiap tahunya.
Menurut laporan
BPS, sektor ekonomi yang menunjukkan nilai tambah bruto terbesar dalam PDB
berdasarkan harga berlaku triwulan I-2010 adalah sektor industri pengolahan
sebesar Rp380,9 triliun, kemudian sektor pertanian Rp239,4 triliun, disusul
oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp208,0 triliun. Sementara
sektor pertambangan dan penggalian sebesar Rp168,1 triliun, sektor konstruksi sebesar
Rp150,4 triliun, sektor jasa-jasa sebesar Rp139,2 triliun, sektor keuangan,
real estat dan jasa perusahaan sebesar Rp107,6 triliun dan sektor pengangkutan
dan komunikasi sebesar Rp93,4 triliun, serta terakhir sektor listrik, gas dan
air bersih sebesar Rp11,7 triliun.
Dari data BPS
tersebut bisa kita definisikan bahwa sector pertanian menempati peringkat ke-3
setelah sektor industry dalam pendapatan negara tiap tahunya. Melihat dari data
BPS tersebut dapat dikemukakan bahwa sector pertanian merupakan sector yang
cukup menguntungkan dan akan lebih meningkatkan devisa negara apabila
ditingkatkan dan disebarluaskan pangsa pasarnya khususnya dalam pemasaran
produk-produk local negara kita sehingga tidak kalah saing dengan produk-produk
luar yang bermunculan saat ini.
Adanya pasar
bebas harusnya menjadi tolak ukur bagi pemasaran produk hasil pertanian di
negara kita dengan produk luar yang artinya kita tidak boleh kalah saing
terhadap segala bentuk pola-pola pemasaran yang datangnya dari luar tetapi
lebih meningkatkan semangat dan kinerja dalam dunia persaingan bisnis, politik,
dan berbagai bidang lainya karena kemajuan zaman yang begitu pesat. Kita tidak
boleh semakin melemah namun harus tetap menjaga eksistensi dengan memanfaatkan
modal yang kita miliki sebaik-bainya dan terencana sehingga memiliki nilai jual
dan mampu bersaing terhadap negara manapun.
5) Kontribusi
Terhadap Kesempatan Kerja
Kalau dilihat pola
perubahan kesempatan kerja di pertanian dan industri manufaktur, pangsa
kesempatan kerja dari sektor pertama menunjukkan suatu pertumbuhan tren yang
menurun, sedangkan di sektor kedua meningkat. Perubahan struktur kesempatan
kerja ini sesuai dengan yang di prediksi oleh teori mengenai perubahan struktur
ekonomi yang terjadi dari suatu proses pembangunan ekonomi jangka panjang,
yaitu bahwa semakin tinggi pendapatan per kapita, semakin kecil peran dari
sektor primer, yakni pertambangan dan pertanian, dan semakin besar peran dari
sektor sekunder, seperti manufaktur dan sektor-sektor tersier di bidang ekonomi.
Namun semakin besar peran tidak langsung dari sektor pertanian, yakni sebagai
pemasok bahan baku bagi sektor industri manufaktur dan sektor-sektor ekonomi
lainnya.
Struktur
tenaga kerja kita sekarang masih didominasi oleh sektor pertanian sekitar
42,76 persen (BPS 2009), selanjutnya sektor perdagangan, hotel, dan restoran
sebesar 20.05 persen, dan industri pengolahan 12,29 persen. Pertumbuhan tenaga
kerja dari 1998 sampai 2008 untuk sektor pertanian 0.29 persen, perdagangan,
hotel dan restoran sebesar 1,36 persen, dan industri pengolahan 1,6 persen.
Sedangkan
pertumbuhan besar untuk tenaga kerja ada di sektor keuangan, asuransi,
perumahan dan jasa sebesar 3,62 persen, sektor kemasyarakatan, sosial dan jasa
pribadi 2,88 persen dan konstruksi 2,74 persen. Berdasarkan data ini, sektor
pertanian memang hanya memiliki pertumbuhan yang kecil, namun jumlah orang yang
bekerja di sektor itu masih jauh lebih banyak dibandingkan dengan sektor
keuangan, asuransi, perumahan dan jasa yang pertumbuhannya paling tinggi.
6)
Kontribusi Pertanian Terhadap Devisa
Pertanian juga mempunyai
kontribusi yang besar terhadap peningkatan devisa, yaitu lewat peningkatan
ekspor dan atau pengurangan tingkat ketergantungan Negara tersebut terhadap
impor atas komoditi pertanian. Komoditas ekspor pertanian Indonesia cukup
bervariasi mulai dari getah karet, kopi, udang, rempah-rempah, mutiara, hingga
berbagai macam sayur dan buah.
Peran pertanian dalam
peningkatan devisa bisa kontradiksi dengan perannya dalam bentuk kontribusi produk.
Kontribusi produk dari sector pertanian terhadap pasar dan industri domestic
bisa tidak besar karena sebagian besar produk pertanian di ekspor atau sebagian
besar kebutuhan pasar dan industri domestic disuplai oleh produk-produk impor.
Artinya peningkatan ekspor pertanian bisa berakibat negative terhadap pasokan
pasar dalam negeri, atau sebaliknya usaha memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri
bisa menjadi suatu factor penghambat bagi pertumbuhan ekspor pertanian. Untuk
mengatasinya ada dua hal yang perlu dilakukan yaitu menambah kapasitas produksi
dan meningkatkan daya saing produknya. Namun bagi banyak Negara agraris,
termasuk Indonesia melaksanakan dua pekerjaan ini tidak mudah terutama karena
keterbatasan teknologi, SDM, dan modal.
2.2 KENDALA SEKTOR PERTANIAN YANG SEDANG TERJADI Di INDONESIA
Dalam
pengembangan sektor pertanian di negara kita, kita tidak bisa begitu saja
menutup mata dan mengabaikan setiap kendala yang terjadi karena dalam setiap
usaha pasti menemui batu kerikil yang menjadi penghambat dalam kemajuan. Begitu
pula yang kita lihat pada sektor pertanian
di Indonesia banyak sekali kendala atau faktor yang menjadi penghambat dalam pengembangan sektor pertanian
misalnya seperti ketersediaan lahan, keterbatasan modal, kondisi iklim yang kurang mendukung
dan lain-lain. Perlu kita kaji demi penemuan solusinya dalam penuntasan masalah
tersebut. Berikut beberapa penjelasan umum mengenai problema yang menghampiri
para petani di Indonesia yang terperinci sebagai berikut:
1. Kondisi Lahan
Pertanian di Indonesia
Luas
kepemilikan lahan yang dimiliki oleh petani di Indonesia rata-rata kecil
mengingat harga tanah yang semakin mahal sedangkan kemampuan para
petani untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja sudah minim ditambah harus
membeli lahan yang harganya semakin melonjak. Yang memungkinkan hanya bisa
menggarap lahan milik orang lain sehingga hasilnya pun harus dibagi dua.
Semakin
sempitnya lahan untuk bertani karena penyebaran pembangunan gedung-gedung
industry yang bertambah jumlahnya disetiap lokasi. Hal
ini tentunya dapat mengurangi wilayah para petani untuk bercocok tanam. Sedangkan kebutuhan
manusia akan pangan semakin meningkat tidak diimbangi oleh ketersediaan lahan
dan pembangunan gedung-gedung industry yang tidak terencana tanpa memperhatikan
dampaknya terhadap lingkungan. Sedangkan pada
daerah-daerah pedalaman masih banyaknya “Lahan Tidur” yang artinya lahan
tersebut belum tergarap maupun tersentuh oleh tangan-tangan manusia sementara lahan disuatu wilayah
strategis cenderung menjadi
rebutan dengan harga yang mahal. Ini mencerminkan bahwa penyebaran penduduk
diwilayah Indonesia yang belum merata.
Banyaknya lahan
para petani yang belum bersertifikat menambah dampak buruk bagi masa depan para
petani yang menyebabkan terjadinya persengketaan antara pihak petani dan pihak
yang mencoba merampas hak milik petani dimana posisinya memanfaatkan kesempatan pada lahan yang belum
berlabel pemilik. Bahkan kerap terjadi persengketaan antara petani dengan pihak
pemerintah dalam kepemilikan lahan.
2.
Masalah Dari
Petani Sendiri dan Mentalitasnya
Pendidikan
formal petani yang masih rendah menyebabkan pengetahuannya dalam pengembangan
sektor pertanian
tidak berkembang dan cenderung monoton hanya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian
tanpa menciptakan inovasi-inovasi terbaru demi peningkatan hasil pangan yang
berlimpah.
Hasil panen
yang tidak seberapa menyebabkan petani tidak memiliki modal dalam pengembangan
usahanya ini menjadi salah satu faktor yang menyebabkan kehidupan para petani
kurang sejahtera di wilayah Indonesia. Serta menyebabkan tingginya tingkat
kemiskinan di Indonesia, sementara 50
juta penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai petani.
Kaum petani
cenderung menggantungkan hidupnya pada pemerintah dan lebih bersikap pasrah
pada kondisi kehidupannya pada saat ini. Seharusnya mereka lebih meningkatkan
jiwa kewirausahaanya dalam pengembangan sector usaha diberbagai bidang dan
jangan hanya terpacu pada sector pertanian yang hasilnya diperoleh pada periode
dan musim-musim tertentu.
3.
Masalah
Teknologi
Sistem pengalihan
teknologi dari tradisional menjadi
modern dalam pengelolaan pangan, belum mampu
diterima secara luas oleh para petani yang lebih banyak menggunakan peralatan
tradisional seperti :
cangkul, arit, dll. Yang pada kenyataannya lebih banyak memakan waktu dan
tenaga. Dibanding menggunakan peralatan dan teknologi modern yang telah
diterapkan dinegara-negara luar. Penerapan teknologi di negara kita terkadang kurang tepat
pada sasaran dimana disatu sisi peralatan teknologi tersebut mampu membantu dan
meningkatkan kualitas pangan tetapi disisi lain peralatan tersebut merusak
ekosistem yang ada tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan.
Disini perlu
adanya sebuah penyuluhan besar-besaran dalam penyampaian informasi serta
pendidikan bagi para petani dalam pengambangan buduaya pertaniannya serta
peragaan alat pertanian yang berteknologi modern sehingga mampu meningkatkan
hasil panen para petani demi pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat banyak serta
pensejahteraan kehidupan para kaum petani di wilayah Indonesia. Perlu pula
adanya pengkajian ulang terhadap kebijakan para pemerintah disektor pertanian
guna penggalangan dana dalam peningkatan sector pertanmian di Indonesia agar
memberikan fasilitas yang layak dan tepat bagi para petani dalam pengeloaan
lahannya.
2.3 KEBIJAKAN PEMERINTAH
I.
Kebijakan
Harga, kebijakan ini merupakan salah satu kebijakan yang terpenting di banyak
Negara dan biasanya digabung dengan pendapatan sehingga disebut kebijakan harga
dan pendapatan (price and income policy).
Segi harga dari kebijakan itu bertujuan untuk mengadakan stabilisasi harga,
sedangkan segi pendapatannya bertujuan agar pendapatan petani tidak terlalu
berfluktuasi dari musim ke musim dan dari tahun ke tahun. Kebijakan harga dapat
mengandung pemberian suatu penyangga untuk hasil-hasil pertanian supaya tidak
merugikan petani atau langsung sejumlah subsidi tertentu bagi petani. Di banyak
Negara Eropa, Amerika Serikat, Jepang, Australia dan lain-lain. Banyak sekali
hasil-hasil pertanian seperti gandum, kapas, padi, gula dan lain-lain yang
mendapat perlindungan pemerintah berupa penyangga dan subsidi. Indonesia baru
mempraktikan kebijakan harga untuk beberapa hasil sejak tahun 1969. Secara
teoritis kebijakan harga dapat dipakai mencapai tiga tujuan yaitu:
Ø Stabilisasi harga-harga hasil
pertanian terutama pada petani.
Ø Meningkatkan pendapatan petani
melalui perbaikan nilai tukar (term of
trade).
Ø Memberikan arah dan petunjuk pada
jumlah produksi
II.
Kebijakan
structural, dalam pertanian dimaksudkan untuk memperbaiki struktur produksi
misalnya luas pemilikan tanah, pengenalan dan penguasaan alat-alat pertanian
yang baru dan perbaikan prasarana pertanian pada umumnya baik prasarana fisik
maupun social ekonomi. Kebijakan structural ini hanya dapat terlaksana dengan
kerjasama yang erat dari beberapa lembaga pemerintah. Perubahan struktur yang
dimaksud disini tidak mudah mencapinya dan biasanya memakan waktu yang lama.
Hal ini disebabkan karena sifat fisik usaha tani yang tidak saja merupakan unit
usaha ekonomi tetapi juga merupakan bagian kehidupan petani denga segala
aspeknya. Oleh sebab itu tindakan ekonomi saja tidak akan mampu mendorong
perubahan struktur dalam sector pertanian sebagai mana dapat dilaksanakan
dengan penyuluhan-penyuluhan yang intensif adalah merupakan pula satu contoh
dari kebijakan ini.
III.
Menyediakan
lahan pertanian yang tepat, hal ini dilakukan untuk meningkatkan hasil produksi
pertanian dalam negeri. Karena seperti yang diketahui, lahan pertanian saat ini
sangatlah sempit. Ini terjadi karena banyaknya perumahan dan gedung-gedung
pembelajaan menggunakan lahan pertanian yang ada. Maka dari itu, pemerintah
sebaiknya menyediakan lahan pertanian yang sesuai dan strategis. Dengan tujuan
untuk meningkatkan hasil produksi, sehingga kedepannya dapat mengekspor hasil
pertanian ke luar negeri.
IV.
Melakukan
penyuluhan kepada petani, hal ini dimaksudkan agar petani dapat memahami secara
jelas tentang cara bercocok tanam yang baik. Karena sebagian petani pada
umumnya kurang memahami dalam hal menggunakan pupuk tanaman dan obat pembasmi
serangga (pestisida). Bila para
petani kurang memahami hal itu, maka akan ditakutkan akan terjadi perusakan
ekosistem yang berada disekitarnya. Oleh karena, sebaiknya para petani
diberikan penyuluhan khusus dalam hal bercocok tanam. Ini bertujuan agar hasil
produksi yang dihasilkan dapat memiliki nilai yang berkualitas tinggi.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Sektor
pertanian merupakan penopang tertinggi dalam pendapatan negara serta menjadi
mata pencaharian sebagian masyarakat Indonesia mengingat wilayah kita yang kaya
akan lahan, subur, dan iklim mendukung. Menghasilkan produk pertanian yang
berkualitas meruapakn komoditi terbesar Megara Indonesia yang menduduki posisi
teratas dalam BPS terhadap perhitungan PDB di Indonesia tiap tahunnya. Untuk itu perlu
adanya perhatian khusus terhadap sector pertanian ini guna peningakatan hasil
tani ditahun-tahun kedepannya dengan melihat berbagai factor kendala seperti
masalah minimnya modal para petani, masalah kepemilikan lahan, maupun
ketidakmampuan dalam penggunaan alat yang berteknologi canggih menjadi PR
khusus dalam penanganannya mengenai sector pertanian tersebut sehingga perlu
adanya partisipasi dan dukungan dari pihak pemerintah maupun kepedulian segenap
masyarakat dalam menangani kasus tersebut.
Dalam masalah
kepemilikan lahan pemerintah beserta masyarakat harus tururt membela hak lahan
milik petani guna menjaga kelangsungan lingkungan dan pengolaan lahan untuk
kegiatan pertanian. Pembangunan yang berkelanjutan pula harus memperhatikan
segi lingkungan alam yang ada diwilayahnya jangan sampai memakan wilayah
pertanian dan merusak kondisi lingkungan kita. Masalah
kepemilikan modal pula perlu dibentuknya sejenis koperasi petani, organisasi
tani, serta modal simpan pinjam bagi rakyat kecil guna membantu kegiatan para
petani dalam pengeloaan lahan mulai dari pemberian bibit unggul, pemberiaan
pupuk, hingga memperoleh hasil akhir dari pertanian yaitu ketika tiba musim
panen yang memang membutuhkan modal yang tidak sedikit.
Perlu pula
adanya penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat guna
meningkatkan semangat para petani dalam pengeloaan lahan, penyampaian informasi
tani yang tepat dalam peningkatan hasil pangan, cara-cara mengkreasikan hasil
tani, serta cara-cara penggunaan alat-alat teknologi canggih guna mendapatkan
hasil yang optimal dari kegiatan bertani dengan efektif dan efisien tanpa
memakan waktu lama dan tenaga yang besar serta dengan modal yang
sekecil-kecilnya sesuai dengan prinsip ekonomi.
Jadi dalam
penanganan permasalahan pertanian di negara kita perlu adanya dukungan dari
berbagai pihak seperti pemerintah sebagai pendana bagi kegiatan pertanian,
masyarakat sebagai penyampai informasi yang tepat dalam pengeloaan lahan, serta
partisipasi para petani dalam penerima dan penerap informasi serta ilmu-ilmu
pertanian yajng telah didapat dalam kegiatan pertanian.
DAFTAR PUSTAKA
NN. 2010. Pembangunan Pertanian di Indonesia. Melalui:
NN. 2011. Pertanian. Melalui:
http://id.wikipedia.org/wiki/Pertanian [2011/01/14]
NN. 2009. Tiga Problem Sektor Pertanian. Melalui:
http://www.indonesia.go.id/id/index.php?option=com_content&task=view&id=9207&Itemid=822 [2009/02/04]